Kamis, 28 Juli 2011

See The Hanbok (한복)! Pakaian Tradisional Korea Selatan ^^

Diposting oleh Cho hyun na di 18.13

See The Hanbok (한복)! Pakaian Tradisional Korea Selatan ^^

annyeonghaseyo..^^
ayooo siapa pecinta korea ?? Mulai dari serial drama Korea, Musik-musik K-Pop sampe ke budaya nya lagi melanda para remaja Indonesia nih kayanya.
ngaku pecinta korea tapi gatau Hanbok ? ah masa sih ? pasti tau dong,
hari ini kita akan            membahas tentang hanbok,, men and women hanbok,, sebelumnya liat dulu gambar hanbok itu seperti apa,, ok  ^^

Hanbok, Hanbok, Hanbok apa sih Hanbok ?
Sama halnya seperti batik di indonesia, hanbok adalah pakain tradisional Korea Selatan atau Choson-ot untuk sebutan di Korea Utara.  Hanbok pada umumnya memiliki warna yang cerah, dengan garis yang sederhana serta tidak memiliki saku. Istilah Hanbok itu berasal dari kata han dan bok. Han adalah sebutan untuk orang Korea: orang Han, sedangkan bok adalah pakaian. Jadi, saat kita menyebut Hanbok sebenarnya kita menyebut "pakaian orang Han". Walaupun secara harfiah berarti “pakaian orang Korea”, berbeda dengan orang jawa yang menyebut kebaya sebagai pakaian tradisional mereka. Hanbok pada saat ini mengacu pada “pakaian gaya Dinasti Joseon” yang biasa dipakai secara formal atau semi-formal dalam perayaan atau festival tradisional, misalnya tahun baru  seollal ( imlek ) atau perayaan chuseok.
Hanbok adalah pakaian tradisional Korea, dan kadang disebut juga sebagai “Pakaian Sang Angin.” Dan memang benar, garis-garisnya yang mengalir dan lekukan-lekukannya yang anggun mengingatkan kita pada kelembutan angin. Hal ini tergambar pula ketika chima membelai lembut kaki seorang perempuan saat dia berjalan dan ketika sang angin menyapu membentuk siluet indah seperti dewi yang dibelai lembut angin.
Orang korea sering menggunakan kata “baram” atau angin untuk menggambarkan perasaan bahagia seperti ketika seseorang sedang jatuh cinta. Angin menyimbolkan kebebasan untuk terbang, tanpa beban dan bebas. Sepatu kulit tradisional Korea, hwa (sepatu berleher panjang) dan hye (sepatu hak pendek), juga biasa disebut sebagai “Sepatu Sang Angin.”
Hanbok untuk wanita terdiri atas rok dan atasan yang mirip bolero. Hanbok juga sering disebut chimajeogori, chima berarti rok dan jeogori berarti jaket. Sedang hanbok untuk laki-laki terdiri dari jaket pendek dan celana panjang, yang disebut baji.
Salah satu aspek yang mendasar dari Hanbok adalah garis-garis yang simpel namun indah. Seorang sarjana jepang, Yanagi Muneyoshi (1889-1961) mengatakan bahwa karakteristik utama dari seni Korea adalah keindahan garis, seni Jepang adalah keindahan warna, dan seni Cina adalah keindahan bentuk. Garis memenuhi hampir semua seni Korea, dari mulai lukisan-lukisan pada jaman Joseon hingga jendela tradisional korea.
Selain itu garis juga dilambangkan oleh rambut wanita, dan tentu saja siluet dari hanbok. Dalam bahasa korea, kata tekstur atau gyeol, tidak hanya berarti gelombang kain atau bentuk yang terbentuk secara alami, tapi juga berarti kebijaksanaan dan kesucian yang dimiliki oleh wanita Korea. Dan orang Korea mengekspresikan tekstur melalui garis-garis yang mengalir dan alami dalam hanbok, pakaian tradisional mereka.
Hanbok yang kita kenal itu adalah pakaian tradisional masyarakat Korea pada Era Dinasti Jeoseon (1392-1910 M). Pada masa itulah paham Konfusianisme diterapkan secara legal di Korea. Saat itu, terjadi pembedaan pakaian yang dikenakan masyarakat Korea. Golongan Yangban atau golongan Atas mengenakan hanbok berwarna-warni dengan hiasan bordir dan sulaman yang indah dan bahan yang terbuat dari sutra. Golongan masyarakat umum atau rakyat biasa mengenakan hanbok sederhana terbuat dari bahan kain katun dengan pembatasan warna, yakni hanya warna putih, pink muda, hijau muda, dan abu-abu.
Arti Warna – Warna Pada Hanbok
Jaman dulu, warna pakaian memiliki arti. Putih merupakan warna yang paling umum dan biasanya digunakan oleh orang biasa. Warna ini menyimbolkan kemurnian jiwa. Merah berarti nasib baik dan kekayaan, makanya dipakai ketika pernikahan oleh perempuan. Nila menyimbolkan ketetapan, dulunya digunakan untuk warna rok wanita-wanita di pengadilan dan jubah resmi pegawai pengadilan. Hitam menyimbolkan ketidakterbatasan dan merupakan sumber dari penciptaan, digunakan sebagai warna topi laki-laki. Kuning merepresentasikan pusat alam semesta, digunakan untuk pakaian kebesaran keluarga kerajaan. Rakyat biasa dilarang menggunakan warna kuning. Lima warna ini juga disimbolkan sebagai warna empat arah dan pusat alam semesta serta tatanan alam semesta. Pemilihan warna antara bagian rok dan baju pun didasarkan pada warna yin dan yang, yin untuk chima dan yang untuk jeogori. Begitu pun warna yang digunakan oleh laki-laki dan perempuan, menyimbolkan yin dan yang.
Orang Korea sangat bangga terhadap hanbok sebagai identitas pakaian tradisional mereka. ada sedikit perbedaan penyebutan nama pakaian ini antara KOrea Selatan dengan KOrea Utara. Karakteristik yang menjadi keunggulan Hanbok adalah  potongan siluetnya yang simpel dan warna-warnanya yang atraktif dan indah. Jika Hanbok digunakan oleh orang-orang di KOrea selatan, Orang Korea Utara menyebut “Jeoseon ot” (저선 ). Ini tidak mengherankan, karena, pakaian tradisional Korea yang paling terkenal adalah pakaian yang berkembang di zaman dinasti Jeoseon, dinasti terakhir KOrea. Sebelum masa dinasti Jeoseon, hanbok lebih rumit dan tidak praktis untuk dikenakan saat melakukan pekerjaan sehari hari.

Sejarah Hanbok pada masa Tiga Kerajaan

Ini dia perubahan hanbok dari periode Goryeo hingga periode Joseon :

Beberapa elemen dasar hanbok pada saat ini seperti jeogori atau baju, baji (celana) dan chima(rok) diduga telah dipakai sejak waktu yang lama, namun pada zaman Tiga Kerajaanlah pakaian sejenis ini mulai berkembang. Lukisan pada situs makam Goguryeo menunjukkan gambar laki-laki dan wanita pada saat itu memakai celana panjang yang ketat dan baju yang berukuran sepinggang. Struktur tersebut sepertinya tidak banyak berubah sampai saat ini.

Pada akhir masa Tiga Kerajaan, wanita dari kalangan bangsawan mulai memakai rok berukuran panjang dan baju seukuran pinggang yang diikat di pinggang dengan celana panjang yang tidak ketat, serta memakai jubah seukuran pinggang dan diikatkan di pinggang.

Pada masa ini, pakaian berbahan sutra dari Tiongkok (Dinasti Tang) diadopsi oleh anggota keluarga kerajaan dan pegawai kerajaan. Ada yang disebut Gwanbok, pakaian tradisional untuk pegawai kerajaan pada masa lalu.

Periode Goryeo

Ketika Dinasti Goryeo (918–1392) menandatangani perjanjian damai dengan Kerajaan Mongol, raja Goryeo menikahi ratu Mongol dan pakaian pegawai kerajaan lalu mengikuti gaya Mongol. Sebagai hasil dari pengaruh Mongol ini, rok (chima) jadi sedikit lebih pendek. Sedangkan Jeogori (baju untuk tubuh bagian atas) diikat ke bagian dada dengan pita lebar, sedangkan lengan bajunya didesain agak ramping.

Periode Joseon

Pada masa Dinasti Joseon, jeogori wanita secara perlahan menjadi ketat dan diperpendek. Pada abad ke-16, jeogori agak menggelembung dan panjangnya mencapai di bawah pinggang. Namun pada akhir abad ke-19, Daewon-gun memperkenalkan Magoja, jaket bergaya Manchu yang sering dipakai hingga saat ini.
Chima pada masa akhir Joseon dibuat panjang dan jeogori menjadi pendek dan ketat. Heoritti atau heorimari yang terbuat dari kain linen difungsikan sebagai korset karena begitu pendeknya jeogori.

Kalangan atas memakai hanbok dari kain rami yang ditenun atau bahan kain berkualitas tinggi, seperti bahan yang berwarna cerah pada musim panas dan bahan kain sutra pada musim dingin. Mereka menggunakan warna yang bervariasi dan terang. Rakyat biasa tidak dapat menggunakan bahan berkualitas bagus karena tidak sanggup membelinya.

Umumnya dahulu kaum laki-laki dewasa mengenakan durumagi (semacam jaket panjang) saat keluar rumah.

Hanbok untuk Wanita dan pria

Bagian-bagian Hanbok :
Hanbok perempuan :

1.    Jeogori ( 저고리
     
      ialah bagian atas dari hanbok ( baju ).Untuk hanbok laki-laki ukurannya lebih besar dan simple, sedangkan untuk wanita agak pendek dan ditandai garis lengkung  dan dekorasi yang lembut.
      bagian2 dalam Jeogori:
2.   Deong Jong 
     
      Deong Jong yaitu krah yang berwarna putih .

3.   Otgoreum (Cloth Strings)  
     Otgoreum adalah pita yang dipakai pada baju hanbok untuk wanita, merupakan Tali yang mengikat Jeogori, fungsinya seperti kancing di Era Modern saat ini. Tali ini menjuntai di atas Jeogori hingga ke atas rok (chima). Dapat pula menjadi hiasan hanbok.  
4.   Chima 
     
      Chima adalah rok pada bagian hanbok. Ada berbagai macam jenis chima, ada yang lapisan tunggal dan ada juga yang double.
5.   Pattern  
      Pattern merupakan susunan gambar atau garis  dan juga perpaduan warna.
6.   Baerae 
      Jeogori dengan bentuk lengan pendek atau disebut juga magoja  
7.   Sokbaji 
     
     Sokbaji adalah Dalaman chima dengan bentuk seperti celana. 
8.   Sokchima 
     
      Sokchima adalah Dalaman chima dengan bentuk seperti rok. 
9.   Beoseon 
     
     Beoseon adalah Kaos Kaki.

Hanbok laki-laki :
1. Jeogori

2. Sokgui : Bagian dalam Jeogori

3. Durumagi
   
     Pakaian terluar yang dipakai pada waktu-waktu tertentu, dipakai setelah Sokgui. Durumagi dipakai diatas pakaian biasa untuk menghangatkan selama musim dingin. Walaupun pada awalnya digunakan oleh pejabat pemerintah sebagai pakaian sehari-hari, rakyat biasa akhirnya mulai menggunakannya untuk acara-acara tertentu.

4. Baji : Celana

5. Sokbaji : Dalaman baji

6. Beoseon

7. Kkotsin : Sebutan untuk sepatu yang terbuat dari sutra

8. Gat : Topi pria Korea
Masih banyak lagi istilah bagian pada hanbok, misalnya baerae ( pada lengan ), kket dong ( lengan ) dan lain sebagainya.
Untuk hanbok pria ada ” baji ” yaitu celana untuk hanbok. biasanya bentuknya longgar .

CARA MEMAKAI OTGEREUM
 

1.        Ada dua sisi yang kita anggap A ( kiri )  dan B ( kanan ) . Letakkan sisi A di atas sisi B.
2.      Sisi A putar dan tarik ke atas.
3.      Dengan panjang kira-kira 10 cm lipat sisi B
4.      Kembali sisi A diputar ( di talikan ) lagi.
5.      Tarik dan rapikan.
6.      Atur keserasian panjang antara kedua sisi tersebut.
Aksesori untuk kepala
Baik pria maupun wanita memelihara rambut mereka menjadi panjang. Pada saat mereka menikah, mereka mengkonde rambutnya. Pria mengkonde (mengikat) rambutnya sampai atas kepala (sangtu), sedangkan wanita mengkonde sampai batas di belakang kepala atau di atas leher belakang. Wanita yang berprofesi sebagai penghibur seperti kisaeng, memakai aksesori wig yang disebut gache.
 

Gache sempat dilarang di istana pada abad ke-18. Pada akhir abad ke-19, gache semakin populer di antara kaum wanita dengan bentuk yang semakin besar dan berat.
 
Tusuk konde binyeo, ditusukkan melewati konde rambut sebagai pengencang atau aksesori. Bahan pembuatan binyeo bervariasi sesuai kedudukan sosial pemakainya. Wanita juga mengenakan jokduri pada hari pernikahan mereka dan memakai ayam untuk melindungi tubuh dari cuaca dingin.

Pria menggunkan gat, topi yang dianyam dari rambut kuda, yang juga bervariasi model dan bentuknya sesuai status atau kelas.

Perayaan

Hanbok digunakan diklasifikasikan berdasarkan peristiwanya: pakaian sehari-hari, termasuk untuk hari ulang tahun pertama anak.

1 komentar:

Unknown on 10 Agustus 2015 pukul 16.28 mengatakan...

anyeong..bian sebelumnya post ini sudah ada...kau tidak mencamtumkan nama dari yg kau ambilkah?

Posting Komentar

 

all about girl.. Copyright © 2010 Designed by Ipietoon Blogger Template Sponsored by Online Shop Vector by Artshare