Ada apa dengan hipospadia
Masalah lain yang timbul pada penderita hipospadia adalah perbedaan pancaran air kemih, yang secara nyata akan mulai dirasakan penderita sewaktu masuk sekolah karena beda dengan teman-temannya. Walaupun fungsi miksi sebenarnya tidak banyak terganggu, secara psikologis sudah mulai membebani anak. Keluhan utama akan timbul di kemudian hari berupa gangguan fungsi reproduksi. Fungsi ini terganggu karena bentuk penis yang melengkung ke bawah, khususnya sewaktu ereksi, akan menyulitkan penetrasi waktu koitus dan air mani yang keluar pada saat orgasme akan menyembur di luar vagina sehingga dapat menyebabkan kegagalan konsepsi.
“Masalah tadi akan sangat mengganggu dan dapat menimbulkan masalah keluarga dan sosial. Pertolongan untuk hipospadia berupa pembedahan dianjurkan dilakukan sebelum usia sekolah, sebelum anak sadar bahwa ada kelainan pada alat kelaminnya,” papar Kepala Divisi Bedah Plastik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dr Chaula L Sukasah SpB (K).
Chaula menyebutkan, penatalaksanaan pada pasien hipospadia adalah dengan cara operasi. Awalnya, metode operasi hipospadia adalah dengan amputasi pada penis yang letaknya distal dari meatus uretra. Sampai saat ini, sudah lebih dari 300 teknik operasi untuk mengatasi problem hipospadia yang telah diperkenalkan para ahli dengan beragam tingkat kesuksesan.
“Operasi ini ditujukan untuk memperbaiki fungsi maupun estetik. Operasi sebaiknya dilakukan pada anak yang masih berumur 1,5-3 tahun karena pada usia ini belum ada pengaruh psikologis pada pasien, seperti yang akan terjadi bila koreksi dilakukan pada usia sekolah,” sebutnya.
Selain pertimbangan masalah psikologis, pada usia tersebut perubahan ukuran penis saat ereksi tidak terlalu besar dibandingkan anak yang lebih besar. Distensi yang terlalu besar saat ereksi dapat memperbesar kemungkinan terjadinya fistula (kebocoran) karena terjadi regangan pada jahitan urethroplasty.
Terdapat tahap dalam pelaksanaan operasi hipospadia. Pada operasi hipospadia dikenal juga operasi satu tahap (one stage) dan beberapa tahap (multi stage). Pada operasi tahap pertama dilakukan pembebasan chordee (chordee release) sekaligus membuat saluran uretra ke arah distal dengan menembus glans penis (tunneling).
Selanjutnya, dilakukan operasi tahap kedua, yaitu urethroplasty paling sedikit 6 bulan sejak operasi pertama untuk mendapatkan kondisi jaringan yang sudah pulih dari edema pasca-operasi tahap pertama.
“Terdapat dua keuntungan apabila dilakukan operasi dua tahap, yaitu waktu operasi tidak terlalu lama sehingga operator lebih teliti dibandingkan operasi satu tahap. Ditambah juga, dengan operasi dua tahap dapat dipastikan bagian distal penis tidak mengalami penyempitan pasca-operasi tahap pertama. Jika bagian distal tidak menyempit, dilakukan penutupan bagian proksimal (urethroplasty) sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya fistula,” sebut Chaula.
sumber : sindo dan http://lifestyle.okezone.com/index.php/ReadStory/2008/11/21/27/166565/tangani-dengan-operasi
sumber : sindo dan http://lifestyle.okezone.com/index.php/ReadStory/2008/11/21/27/166565/tangani-dengan-operasi
0 komentar:
Posting Komentar